Wellcome

Selasa, 08 Mei 2012

LIMA JENIS ALAT TANGKAP DAN PENGGUNAANNYA


BAB I PENDAHULUAN

1.   Latar Belakang Masalah
Banyaknya pro-kontra mengenai masalah Alat Penangkapan ikan menjadi tinjauan dalam penulisan makalah ini, terlepas dari Keputusan Presiden No. 39 Tahun 1980 mengenai dilarangnya pengoprasian seluruh alat tangkap Trawl termasuk didalamnya Mid Water Trawl, kemudian dikeluarkannya izin oleh DKP tentang diperbolehkannya pengoprasian alat tangkap ikan di Laut Arafura dan wacana harian “Kontan” pada 10 April 2008 dari Soen’an Hadi Poernomo tentang akan dikeluarkannya izin penggunaan Trawl diseluruh perairan Indonesia oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Indonesia dengan pertimbangan bahwa :
1. Walaupun telah dikeluarkannya larangan tentangtang penggunaan trawl namun tidak sedikit nelayan yang masih mengoprasikannya.
2. Nelayan yang Mengoprasikan Trawl di daerah perbatasan perairan juga dapat membantu pengamanan wilayah perairan Indonesia.
Hal-hal diatas merupakan pemicu pro dan kontra mengenai pengoprasian alat tangkap Mid Water Trawl. Dengan penulisan makalah ini, saya bisa melakukan pembelajaran tentang alat tangkap.
2.   Tujuan
Adapun Tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah :
1.   Mengetahui aspek fisik dan pengoprasian alat tangkap ikan Mid Water Trawl.
2.   Menganalisis kelayakan penggunaan alat tangkap tersebut di perairan Indonesia.
3.   Mengambil kesimpulan tentang kelayakan oprasi alat tangkap Ikan Mid Water Trawl.

 

BAB II PEMBAHASAN

LIMA JENIS ALAT TANGKAP DAN PENGGUNAANNYA
1.   Definisi Alat Tangkap
Kata “ trawl “ berasal dari bahasa prancis “ troler “ dari kata “ trailing “ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik “ ataupun “mengelilingi seraya menarik “. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik” , tapi karena hampir semua jaring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik , maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata” trawl” saja.
Dari kata “ trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata “trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jarring trawl ( trawl net ) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal ( baca : kapal dalam keadaan berjalan ) menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jarring ini juga ada yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar”.
Stern trawl adalah otter trawl yang cara operasionalnya ( penurunan dan pengangkatan ) jaring dilakukan dari bagian belakang ( buritan ) kapal atau kurang lebih demikian. Penangkapan dengan system stern trawl dapat menggunakan baik satu jarring atau lebih.
2.   Sejarah Alat Tangkap
Jaring trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah mengalami perkembangan pesat di Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk ( tingkat ) percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an ( periode setelah proklamasi kemerdekaan ). Penggunaan jaring trawl dalam tingkat percobaan ini semula dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula dilakukan oleh YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.
Menurut sejarahnya asal mula trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke 16 dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya. Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan, tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut schrol net.
3.   Prospektif Alat Tangkap
Perkembangan teknologi menyebabkan kemajuan- kemajuan pada main gear, auxillary gear dan equipment lainny. Pendeteksian letak jaring dalam air sehubungan depth swimming layer pada ikan, horizontal opening dan vertical opening dari mulut jaring, estimate catch yang berada pada cod end sehubungan dengan pertambahan beban tarik pada winch, sudut tali kekang pada otter board sehubungan dengan attack angel, perbandingan panjang dan lebar dari otter board, dan lain-lain perlengkapan.
Demikian pula fishing ability dari beberapa trawler yang beroperasi di perbagai perairan di tanah air, double ring shrimp trawler yang beroperasi di perairan kalimantan, irian jaya dan lain-lain sebagainya. Perhitungan recources sehubungan dengan fishing intensity yang akan menyangkut perhitungan- perhitungan yang rumit, konon kabarnya sudah mulai dipikirkan. Semakin banyak segi pandangan, diharapkan perikanan trawl akan sampai pada sesuatu bentuk yang diharapkan.
Ada beberapa macam alat tangkap yang sering digunakan untuk menangkap ikan antara lain adalah :
1.   Pukat
Pukat harimau adalah jaring yang berbentuk kantong yang ditarik oleh satu atau dua kapal, bisa melalui samping atau belakang. Alatini merupakan alat yang efektif namun tidak selektif sehingga dapat merusak semua yang dilewatinya. Oleh karena itu kecenderungan alat tangkap ini dapat menjurus ke alat tangkap yang destruktif. Aturan-aturan yang diberlakukan pada pengoperasian alat inirelatif sudah memadai, namun pada prakteknya sering kali dijumpai penyimpangan-penyimpangan yang pada akhirnya dapat merugikan semua pihak. Tujuan utama pukat udang adalah untuk menangkap udang dan juga ikan perairan dasar (demersal fish)

2.   Pancing
Pancing adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen utama,yaitu : tali (line) dan mata pancing (hook). Jumlah mata pancing berbeda-beda, yaitumata pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan. Prinsip alat tangkap ini merangsangikan dengan umpan alam atau buatan yang dikaitkan pada mata pancingnya. Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata pancing. Namun, sesuaidengan jenisnya dapat dilengkapi pula komponen lain seperti : tangkai (pole), pemberat(sinker), pelampung (float), dan kili-kili (swivel). Cara pengoperasiannya bisa di pasangmenetap pada suatu perairan, ditarik dari belakang perahu/kapal yang sedang dalamkeadaan berjalan, dihanyutkan, maupun langsung diulur dengan tangan. Alat inicenderung tidak destruktif dan sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawaihanyut, rawai tetap, pancing tonda, dan lain-lain.

3.   Tombak
Alat penangkap yang terdiri dari batang (kayu, bambu) dengan ujungnya berkaitbalik (mata tombak) dan tali penarik yang diikatkan pada mata tombak. Tali penariknyadipegang oleh nelayan kemudian setelah tombak mengenai sasaran tali tersebut ditarik untuk mengambil hasil tangkapan.Senapan adalah alat penangkap yang terdiri dari anak panah dan tangkai senapan.Penangkapan dengan senapan umumnya dilakukan dengan cara melakukan penyelamanpada perairan karang. Untuk penangkapan dengan panah biasa, umumnya dilakukandekat pantai atau perairan dangkal.Harpun Tangan adalah alat penangkap yang terdiri dari tombak dan tali panjangyang diikatkan pada mata tombak. Harpun tangan ini ditujukan untuk menangkap paus,dimana tombak langsung dilemparkan dengan tangan kearah sasaran (paus) dari atasperahu.Kecenderungan alat tangkap yang relatif sederhana ini tidak destruktif dan sangatselektif karena ditujukan untuk menangkap suatu spesies. Tetapi alat ini dapat merusak habitat bila disalahgunakan

4.   Jaring
Jaring angkat adalah suatu alat pengkapan yang cara pengoperasiannya dilakukandengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Alat ini terbuat dari nilon yangmenyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil yaitu 0,5 cm. Bentuk alat inimenyerupai kotak, dalam pengoperasiannya dapat menggunakan lampu atau umpansebagai daya tarik ikan. Jaring ini dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap ataudengan tangan manusia. Alat tangkap ini memiliki ukuran mesh size yang sangat kecildan efektif untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil. Kecenderungan jaring angkatbersifat destruktif dan tidak selektif. Contoh jaring angkat adalah bagan perahu atau rakit(boat / raft lift net), bagan tancap (bamboo platform lift net), dan serok (scoop net).

5.   Jala
Jala adalah alat penangkap yang berbentuk seperti kerucut dan terdiri dari badan jaring (kantong), pemberat yang dipasang mengelilingi mulut dan tali yang diikatkan pada bagian ujung jaring agar tidak terlepas pada waktu dioperasikan. Tujuan utamanya untuk mengurung ikan dan udang dari atas dngan cara menebarkan alat tersebut.


BAB III P E N U T U P

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
setelah dilakukan berbagai peninjauan dan pencermatan, maka dari tujuan penulisan makalah ini “Alat Penangkapan Ikan Trawl (terkhusus pada mid water trawl/pukat ikan) kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.   Kami telah mengetahui aspek fisik dan pengoprasian alat tangkap
trawl (mid water trawl/pukat ikan).
2.   Dengan alasan :
·         Bahwa dengan dikeluarkannya PP No. 39 tahun 1980 bahwa seluruh alat tangkap trawl dilarang untuk beroprasi.
·         Bahwa laut yang dulunya merupakan daerah penangkapan dengan trawl, pada saat ini sudah mengalami over fishing.
B.Saran
·         Agar nelayan dapat mengoperasikan cara penagkapan yang lebih layak sehingga ikan tidak mengalami kepunahan.
·         Menjaga dan melastarikan berbagai jenis alat tangkap yang ada di Indonesia.







DAFTAR PUSTKA

1.         Ayodhyoa,A.U.1983.Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Faperik. IPB. Bogor
2.         Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL. Jakarta
3.         The Gourack Ropework,Co.,ltd.1961. deep sea trawling and wing trawling
4.         Ward,george,ed.1964. Stern trawling

Minggu, 18 Maret 2012

Sekilas Tengtang Budidaya Perairan


     Budidaya perairan merupakan ilmu untuk memelihara biota air secara terkontrol, dan untuk meningkatkan produksi dengan menggunakan input teknologi. Dalam pengembangan ilmu budidaya perairan, sangat diperlukan bioteknologi yang mampu mengembangkan biota air yang mempunyai pertumbuhan cepat dan tahan terhadap penyakit serta toleran terhadap lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mengembangkan bidang kajian/keahlian yang berorientasi kepada pengembangan teknologi pakan, genetika dan reproduksi ikan, Penyakit dan kesehatan ikan, sistem dan teknologi budidaya perairan, serta pengelolaan lingkungan perairan untuk mempertahankan dan atau meningkatkan fungsi perairan, baik secara ekologis maupun non-ekologis. Hal ini sejalan dengan visi dan misi budidaya dan rekayasa genetika yaitu untuk menghasilkan  dengan kemampuan dan pengetahuan yang tinggi di bidang Budidaya Perairan, yang profesional dan memiliki jiwa mandiri untuk menghadapi persaingan global. 

* BIDANG KEAHLIAN
Program Studi Budidaya Perairan akan mempersiapkan  dengan 5 (lima) bidang keahlian, yaitu:
1. Bidang Kajian Nutrisi Ikan (Fish Nutrition). Bidang ini menekankan pada aspek kebutuhan nutrisi bagi ikan (termasuk non ikan) baik pakan alami maupun buatan. Melalui pemahaman di bidang ini diharapkan mampu menjadi ahli dalam hal budidaya pakan alami dan pembuatan/penerapan teknologi pembuatan pakan ikan yang sesuai untuk meningkatkan produksi ikan/non ikan yang dipelihara.
2. Bidang Kajian Genetika dan Reproduksi Ikan (Fish Genetics and Reproduction). Bidang ini mengkaji genetika ikan, reproduksi dan pembenihan.
3. Bidang Kajian Penyakit dan Kesehatan Ikan (Fish Desease and Health) Bidang ini mengkaji tentang berbagai penyakit ikan dan teknologi penyehatan ikan.
4. Bidang Kajian Sistem dan Teknologi Budidaya Ikan (Aquaculture System dan Technology). Bidang ini mengkaji berbagai sistem dan teknologi pemeliharaan ikan termasuk tata letak dan rekayasa wadah budidaya perairan.
5. Bidang Kajian Lingkungan Budidaya Perairan (Aquaculture Environment). Bidang ini mengkaji tentang kualitas air untuk media budidaya, berbagai teknik manajemen kualitas air serta manajemen pencemaran perairan. Secara umum  dibekali ilmu-ilmu dasar yang meliputi dasar-dasar seperti Dasar-Dasar Budidaya Perairan, Fisika Kimia Perairan, Ikhtiologi, Ekologi Perairan, serta berbagai ilmu terapan seperti Manajemen Kualitas Air. Pemilihan bidang kajian/keahlian. 
* LABORATORIUM
Program Studi Budidaya Perairan dilengkapi laboratorium dengan kualifikasi peralatan yang memadai. Laboratorium yang dikelola oleh Program Studi Budidaya Perairan yaitu:
1. Laboratorium Dasar Bersama Perikanan. Laboratorium ini melayani kegiatan praktikum dan penelitian di bidang ilmu-ilmu dasar perikanan seperti ichtiologi, ekologi perairan, avertebrata air dan fisiologi hewan air.
2. Laboratorium Budidaya Perairan, yang melayani kegiatan praktikum dan penelitian di bidang budidaya perairan antara lain untuk mata kuliah dasar-dasar budidaya perikanan, nutrisi ikan, fisika kimia perairan, pengembangbiakan ikan, parasit dan penyakit ikan.
3. Laboratorium Mikrobiologi. Laboratorium ini melayani kegiatan praktikum dan penelitian di bidang mikrobiologi dan genetika yaitu untuk mata kuliah dasar-dasar mikrobiologi akuatiik, parasit dan penyakit ikan dan dasar-dasar genetika ikan.
4. Laboratorium Lapangan / Kolam dan Perairan Rawa. Laboratorium ini digunakan untuk kegiatan praktikum dan penelitian di lapangan. Kegiatan di lapangan sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang fenomena yang terjadi di lapangan terhadap kualitas dan karakteristik perairan.
Laboratorium yang ada juga melayani masyarakat umum untuk analisis karakteristik fisika, kimia dan biologi air.

Rabu, 18 Januari 2012

Dalam suatu perjalanan hidup, cita-cita terbesar adalah menuju kesempurnaan. Ada kalanya kita mesti berjuang, serta belajar menyingkap segala rahasia kehidupan. Perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses yang menentukan setiap tapak langkah kita. Setiap hembusan nafas, detik jantung, dari siang menuju malam. Semua menuju titik yang sama, kesempurnaan. Setiap insan mempunyai hak yang sama atas waktu. Tidak ada seorangpun melebihi dari yang lain. Namun tak jarang setiap kita berbeda dalam menentukan sikapnya. Ada yang berjuang untuk melaluinya dengan membunuh waktu. Tidak pula sedikit yang merasakan sempitnya kesempatan yang dia ada. Apa rahsia terbesar dalam hidup ini? Melewati hari ini dengan penuh makna. Makna tentang cinta, ilmu, dan iman. Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dan dengan iman hidup menjadi terarah.

Selasa, 17 Januari 2012

STRATEGI PENGEMBANGAN HASIL PERIKANAN


BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Kekayaan sumberdaya laut Indonesia sangat berlimpah, menyusul dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari laut, potensi perikanan sebesar 6,26 juta ton/tahun dengan keragaman jenis ikan namun belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2005, total produksi perikanan 4,71 juta ton, dimana 75 % (3,5 juta ton) berasal dari tangkapan laut. Apabila dilihat dari tingkat pemanfaatan, terutama untuk ikan-ikan non ekonomis belum optimal. Hal ini disebabkan pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan tradisional dan konsumsi segar. Akibatnya ikan-ikan tidak ditangani dengan baik dikapal, sehingga ikan yang didaratkan bermutu rendah (20–30%), sehingga berdampak pada tingginya tingkat kehilangan (losses) sekitar 30-40%. Lebih jauh lagi, ekspor hasil perikanan Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh ikan dalam bentuk gelondongan dan belum diolah.
2. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan judul strategi pengembangan hasil Perikanan untuk mengetahui tentang :
-             Strategi pengembangan hasil Perikanan.
-             Untuk mengetahui sejauh mana strategi pengembangan hasil Perikanan.
-             Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dalam strategi pengembangan hasil Perikanan.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka masalah-masalah yang di bahas dapat di rumuskan sebagai berikut:
a.  Bagaimana strategi pengembangan hasil Perikanan.
b.  Apa peran dalam strategi pengembangan hasil Perikanan.
c.  Bagaimana cara melakukan strategi pengembangan hasil Perikanan.


BAB II  PEMBAHASAN


Sebagai konsekuensinya, usaha pengolahan produk hasil perikanan di Indonesia dari total produksi tangkapan laut, sebesar 57,05 % dimanfaatkan dalam bentuk basah, sebesar 30,19% bentuk olahan tradisional dan sebesar 10,90 % bentuk olahan modern dan olahan lainnya 1,86%. Sedangkan dari ekspor tahun 2005 sebesar 80% diantaranya didominasi produk olahan modern sedangkan produk olahan tradisional hanya sekitar 6% saja. Disisi lain ikan hasil tangkapan samping (HTS/by catch) pukat udang dan tuna serta sisa olahan (by product) industri perikanan belum pula dimanfaatkan secara optimal sehingga ikan tangkapan samping khususnya ikan-ikan non ekonomis/sisa hasil industri yang tidak termanfaatkan dibuang ke laut atau ditimbun dengan tanah, dengan demikian terjadi kehilangan nilai jual ikan. Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja (padat karya), sumber pendapatan bagi nelayan, sumber protein hewani dan sumber devisa bagi negara. Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah, baik olahan tradisional maupun modern. Namun produk bernilai tambah yang diproduksi di Indonesia masih dari ikan ekonomis seperti tuna/udang kaleng, tuna steak, loin dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual meski tanpa dilakukan proses lanjutan. Sedangkan apabila ingin merubah nilai jual ikan non ekonomis maka salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui teknologi produk perikanan (pengembangan produk hasil perikanan) agar lebih bisa diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan selera pasar dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, aman, sehat melalui asupan gizi/vitamin/protein dari produk hasil perikanan dan ketahanan pangan.

A. Strategi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Yang menjadi strategis dalam pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebagai berikut :
a.   Lemahnya jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food safety) Pihak pembeli dari negara lain menuntut kepada Indonesia (para eksportir) agar produk yang dihasilkan memenuhi ketentuan ketentuan sbb : penerapan HACCP, Bioterrorism Act, sanitasi kekerangan, cemaran logam berat dan histamin pada tuna dan certificate eco labelling selain health certificate. Hal ini disebabkan oleh lemahnya jaminan dan keamanan hasil perikanan (quality
assurance dan food safety) di Indonesia.
b.   Tingginya tingkat kehilangan (losses) mencapai sekitar 27,8% Untuk mendapatkan hasil/produk yang bermutu baik, maka sangat diperlukan bahan baku yang bermutu baik pula. Hal ini menjadi tuntutan dan syarat mutlak bagi konsumen. Apabila hal ini tidak dipenuhi, maka yang terjadi adalah banyaknya banyaknya terjadi tingkat kehilangan (losses). Penyebab lain adalah rendahnya pengetahuan nelayan, pengolah, petugas TPI/PPI mengenai cara penanganan dan pengolahan yang baik (Good Manufacturing Practice/GMP).
c.   Kurangnya intensitas promosi dan rendahnya partisipasi stakeholders Produk perikanan yang bernilai tambah (value added products) dimasyarakat belum populer, hal ini disebabkan oleh masih kurangnya intensitas promosi serta rendahnya partisipasi stakeholders (khususnya produsen produk perikanan) dalam mengembangkan program promosi.
d.   Terbatasnya sarana penanganan ikan Terbatasnya sarana penangan ikan di atas kapal, distribusi dan terbatasnya sarana pabrik es dan air bersih.
e.   Kurangnya bahan baku industri Kurangnya bahan baku industri pengolahan ini disebabkan oleh belum adanya kerjasama antara industri penangkapan dan pengolahan sehingga perusahaan penangkapan cenderung mengekspor ikan dalam bentuk ikan utuh (gelondongan).
f.   Bahan baku belum standar Sebanyak 85% produksi perikanan tangkap didominasi/dihasilkan oleh nelayan skala kecil dan pada umumnya kurang memenuhi standar bahan baku industri pengolahan.
g.   Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Maraknya bahan kimia berbahaya dalam penanganan dan pengolahan ikan, misalnya formalin, borax, zat pewarna, CO, antiseptik, pestisida, antibiotik (chloramphenol, Nitro Furans, OTC). Hal ini disebabkan oleh substitusi bahan pengganti tersebut kurang tersedia dan peredaran bahan kimia berbahaya bebas, murah dan sangat mudah diperoleh.
h.   Jenis ragam produk dan pengembangan produk bernilai tambah belum berkembang (value added products) optimal dan belum populer Meskipun kajian dan hasil penelitian pemanfaatannya sudah banyak tersedia, namun produksi secara masal belum dapat direalisasi. Banyak kendala yang menyebabkannya, salah satu diantaranya adalah ketersediaan sarana prasarana , mahalnya peralatan, kurangnya teknologi serta masalah kontinuitas suplai bahan baku.
i.   Rendahnya konsumsi ikan per kapita Rendahnya konsumsi ikan per kapita disebabkan oleh belum meratanya distribusi, suplai tidak kontinyu, masih banyak produk yang berkualitas kurang prima di pasaran, kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat makan ikan, masih adanya budaya dan kondisi sosial masyarakat yang kurang kondusif terhadap peningkatan konsumsi ikan serta belum meratanya program GEMARIKAN di seluruh daerah.
j.   Informasi teknologi terbatas Terbatasnya informasi dan teknologi penanganan dan motivasi serta keinginan untuk meningkatkan pengetahuan/ketrampilan masih rendah.

B. Meningkatkan Konsumsi Ikan Yang Sehat dan Aman
Salah satu tujuan membangun sektor Perikanan untuk terciptanya ketahanan pangan di Indonesia adalah meningkatkan ketersediaan ikan yang sehat dan aman. Untuk mencapai hal tersebut, maka langkah relevan yang telah dan akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan mutu dan keamanan produk perikanan;
b. Meningkatkan produktivitas pengolahan hasil perikanan yang ramah lingkungan;
c. Meningkatkan standar bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang sesuai dengan ketentuan Internasional;
d. Meningkatkan kualitas kompetensi lembaga sertifikasi produk perikanan;
e. Memperkuat jaringan dan kelembagaan pemasaran dalam negeri;
f. Mendorong peningkatan konsumsi ikan dalam negeri;
g. Memperkuat dan mengembangkan basis pasar produk perikanan Indonesia dan di luar negeri;
h. Meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

c. Pentingnya Dukungan Teknologi Produk Perikanan
Memberi jaminan kepada konsumen terhadap produk yang aman dan sehat merupakan hal utama yang menjadi perhatian sektor perikanan dalam rangka menyiasati maraknya peredaran produk perikanan yang kurang berkualitas dan mengandung bahan kimia berbahaya, melalui cara-cara pengolahan yang higienis sesuai GMP (Good Manufacturing Practices), SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure) serta menerapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) . Tidak saja untuk konsumen luar negeri, tetapi konsumen dalam negeri pun sudah mulai kritis dan menuntut penyediaan makanan yang aman dan sehat. Apapun cara yang di tempuh dalam penyediaan produk perikanan, yang menjadi tujuan ketahanan pangan produk perikanan adalah :
1. Meningkatnya konsumsi ikan
2. Tersedianya produk yang aman, sehat dan kontinyu tersedianya.
Teknologi yang dibutuhkan dan perlu untuk dikembangkan adalah yang mampu mengatasi banyaknya permasalahan yang dihadapi sehingga tujuan ketersediaan pangan produk perikanan dapat terpenuhi, melalui teknologi yang murah dan aplikatif (mudah untuk diterapkan) dukungan teknologi produk perikanan menjadi sangat penting tidak hanya untuk memenuhi tuntutan pembeli/konsumen, namun juga diperlukan dalam rangka menangkap perubahan pola konsumsi masyarakat perkotaan yang lebih cenderung kepada makanan olahan yang instan, cepat dan praktis, tetap mengutamakan kandungan gizi, pemeliharaan kesehatan serta aman untuk dikonsumsi. Protein hewani yang berasal dari ikan (ikan dan berbagai jenisnya) menjadi jawabannya, selama ditangani dengan cara yang benar dan sesuai standar.

Peran Strategi Teknologi Pengembangan Produk Perikanan:
Pertama, Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan. Hal ini terutama untuk produk-produk yang tidak memiliki nilai ekonomis, apabila diolah maka berpengaruh kepada meningkatnya nilai ekonomis.
Kedua, Menumbuhkan inovasi teknologi modern. Karena dalam pengembangan produk terkait erat dengan rekayasa produksi sehingga diperlukan rekayasa peralatan dan sentuhan teknologi modern.
Ketiga, Meningkatkan apresiasi terhadap produk tradisional. Karena dalam pengembangan produk, tidak hanya produk yang melalui proses teknologi modern saja yang menjadi fokus perhatian, produk tradiosionalpun perlu memperoleh apresiasi, sehingga memiliki daya saing dengan produk olahan lainnya. Nilainya dapat ditingkatkan melalui berbagai cara antara lain kebersihannya/higienisnya, pengemasannya, proses pembuatannya, dan sebagainya.
Keempat, Membentuk SDM berkualitas dan kompeten, karena dalam menciptakan pengembangan produk diperlukan kreativitas seseorang dalam menciptakan produk-produk yang diminati konsumen, sehingga secara tidak langsung dapat menciptakan SDM berkualitas dan kompeten.

Ø  Cold Chain Sistem
Sistem Rantai Dingin atau Cold Chain System (CCS) merupakan
salah satu program yang dapat mendorong akselerasi tercapainya produk perikanan prima. Karena prinsip utama dalam penerapan sistem rantai dingin adalah penanganan ikan dengan suhu dingin sekitar C dilakukan secara terus menerus tidak terputus sejak ikan ditangkap atau dipanen, didaratkan dan didistribusikan serta dipasarkan hingga ke tangan konsumen. Apabila penerapan sistem rantai dingin secara benar diterapkan dengan baik serta memperhatikan sanitasi dan hygiene maka ikan hasil tangkapan atau ikan hasil panen dapat dipastikan memiliki mutu tinggi, aman dikonsumsi serta memenuhi kriteria produk perikanan prima. Sistem rantai dingin sudah dikembangkan sejak dulu walaupun sifatnya masih parsial dan belum dilakukan secara sistematis dari hulu sampai hilir. Pada awalnya pengembangan sistem rantai dingin dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian pada tahun 1990-an dengan kegiatan pemberian bantuan cool box kepada nelayan kecil dan bimbingan teknis tentang penanganan hasil perikanan dengan menggunakan sarana cool box tersebut. Mengingat dari sisi pendanaan yang relative kecil sehingga tingkat keberhasilan dari kegiatan tersebut belum dapat dirasakan manfaatnya oleh para nelayan secara nasional.

Ø  Pengembangan Sentra
Sentra merupakan kumpulan dari beberapa produsen produk sejenis yang berada pada posisi yang sama dalam mata rantai nilai. Sentra merupakan pusat kegiatan UKM di kawasan/lokasi tertentu yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sedangkan pengembangan sentra dilakukan karena beberapa alasan antara lain :
   Adanya efisiensi kolektif (bahan baku, proses produksi dan pemasaran hasil)
   Mencapai Skala Ekonomis
   Penanganan limbah lebih terkendali
• Mudah melakukan pembinaan dan monev (standar yang homogen)
   Adanya akses terhadap inovasi
   Adanya akses terhadap pengetahuan dan teknologi
   Mempermudah internalisasi pengembangan UKM Pengolaha

Dengan menumbuhkembangkan sentra-sentra pengolahan ikan di daerah, menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berbasis usaha pengolahan ikan, mengembangkan jaringan usaha mikro, kecil dan menengah dalam suatu kawasan kemudian disinergikan dengan usaha pengembangan produk, serta selalu menerapkan sistem rantai dingin maka diharapkan mampu mendorong terciptanya produk yang aman dan sehat, ketersediaan produk menjadi kontinyu sehingga tingkat konsumsi meningkat.


BAB III  PENUTUP

A. KESIMPULAN
-          Strategi pengembangan hasil Perikanan adalah melalui teknologi produk hasil perikanan (pengembangan produk hasil perikanan) agar lebih bisa diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan selera pasar dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, aman, sehat dan melalui produk hasil perikanan.
-          Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan. Hal ini terutama untuk produk-produk yang tidak memiliki nilai ekonomis, apabila diolah maka berpengaruh kepada meningkatnya nilai ekonomis.

B. SARAN
-          Saran dari penyusun adalah “Marilah Kita meningkatan Produksi hasil Perikanan agar tetap stabil”
-          Tingkatkan mutu keamanan produk perikanan dan pengolahan hasil perikanan
-          Tingkatkan kompetensi sumberdaya manusia di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.







DAFTAR PUSTAKA



1. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
2. Erwadi, H.W. dan H.W. Syafri. 2003. Strategi Agribisnis Kelautan Perikanan. Alqaprint Jatinangor, Bandung.
3. Naamin, N. 1987. Perikanan Laut di Indonesia : Prospek dan Problema Pengembangan Sumberdaya Perikanan Laut. Seminar Laut Nasional II, Jakarta.
4. Monintja, D.R. 1987. Beberapa Teknologi Pilihan untuk Pemanfaatan Hayati Laut di Indonesia. Bulletin Jurusan PSP Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor,
5. Sjaifudian, H. H, D. Maspiyati. 1995. Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil, Penerbit Yayasan Akatiga, Bandung.
6. Porter, M. E. 1995. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing, Penerbit Erlangga Jakarta.