Wellcome

Rabu, 18 Januari 2012

Dalam suatu perjalanan hidup, cita-cita terbesar adalah menuju kesempurnaan. Ada kalanya kita mesti berjuang, serta belajar menyingkap segala rahasia kehidupan. Perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses yang menentukan setiap tapak langkah kita. Setiap hembusan nafas, detik jantung, dari siang menuju malam. Semua menuju titik yang sama, kesempurnaan. Setiap insan mempunyai hak yang sama atas waktu. Tidak ada seorangpun melebihi dari yang lain. Namun tak jarang setiap kita berbeda dalam menentukan sikapnya. Ada yang berjuang untuk melaluinya dengan membunuh waktu. Tidak pula sedikit yang merasakan sempitnya kesempatan yang dia ada. Apa rahsia terbesar dalam hidup ini? Melewati hari ini dengan penuh makna. Makna tentang cinta, ilmu, dan iman. Dengan cinta hidup menjadi indah. Dengan ilmu hidup menjadi mudah. Dan dengan iman hidup menjadi terarah.

Selasa, 17 Januari 2012

STRATEGI PENGEMBANGAN HASIL PERIKANAN


BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Kekayaan sumberdaya laut Indonesia sangat berlimpah, menyusul dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari laut, potensi perikanan sebesar 6,26 juta ton/tahun dengan keragaman jenis ikan namun belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2005, total produksi perikanan 4,71 juta ton, dimana 75 % (3,5 juta ton) berasal dari tangkapan laut. Apabila dilihat dari tingkat pemanfaatan, terutama untuk ikan-ikan non ekonomis belum optimal. Hal ini disebabkan pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan tradisional dan konsumsi segar. Akibatnya ikan-ikan tidak ditangani dengan baik dikapal, sehingga ikan yang didaratkan bermutu rendah (20–30%), sehingga berdampak pada tingginya tingkat kehilangan (losses) sekitar 30-40%. Lebih jauh lagi, ekspor hasil perikanan Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh ikan dalam bentuk gelondongan dan belum diolah.
2. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun dengan judul strategi pengembangan hasil Perikanan untuk mengetahui tentang :
-             Strategi pengembangan hasil Perikanan.
-             Untuk mengetahui sejauh mana strategi pengembangan hasil Perikanan.
-             Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dalam strategi pengembangan hasil Perikanan.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka masalah-masalah yang di bahas dapat di rumuskan sebagai berikut:
a.  Bagaimana strategi pengembangan hasil Perikanan.
b.  Apa peran dalam strategi pengembangan hasil Perikanan.
c.  Bagaimana cara melakukan strategi pengembangan hasil Perikanan.


BAB II  PEMBAHASAN


Sebagai konsekuensinya, usaha pengolahan produk hasil perikanan di Indonesia dari total produksi tangkapan laut, sebesar 57,05 % dimanfaatkan dalam bentuk basah, sebesar 30,19% bentuk olahan tradisional dan sebesar 10,90 % bentuk olahan modern dan olahan lainnya 1,86%. Sedangkan dari ekspor tahun 2005 sebesar 80% diantaranya didominasi produk olahan modern sedangkan produk olahan tradisional hanya sekitar 6% saja. Disisi lain ikan hasil tangkapan samping (HTS/by catch) pukat udang dan tuna serta sisa olahan (by product) industri perikanan belum pula dimanfaatkan secara optimal sehingga ikan tangkapan samping khususnya ikan-ikan non ekonomis/sisa hasil industri yang tidak termanfaatkan dibuang ke laut atau ditimbun dengan tanah, dengan demikian terjadi kehilangan nilai jual ikan. Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja (padat karya), sumber pendapatan bagi nelayan, sumber protein hewani dan sumber devisa bagi negara. Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah, baik olahan tradisional maupun modern. Namun produk bernilai tambah yang diproduksi di Indonesia masih dari ikan ekonomis seperti tuna/udang kaleng, tuna steak, loin dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual meski tanpa dilakukan proses lanjutan. Sedangkan apabila ingin merubah nilai jual ikan non ekonomis maka salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui teknologi produk perikanan (pengembangan produk hasil perikanan) agar lebih bisa diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan selera pasar dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, aman, sehat melalui asupan gizi/vitamin/protein dari produk hasil perikanan dan ketahanan pangan.

A. Strategi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Yang menjadi strategis dalam pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebagai berikut :
a.   Lemahnya jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food safety) Pihak pembeli dari negara lain menuntut kepada Indonesia (para eksportir) agar produk yang dihasilkan memenuhi ketentuan ketentuan sbb : penerapan HACCP, Bioterrorism Act, sanitasi kekerangan, cemaran logam berat dan histamin pada tuna dan certificate eco labelling selain health certificate. Hal ini disebabkan oleh lemahnya jaminan dan keamanan hasil perikanan (quality
assurance dan food safety) di Indonesia.
b.   Tingginya tingkat kehilangan (losses) mencapai sekitar 27,8% Untuk mendapatkan hasil/produk yang bermutu baik, maka sangat diperlukan bahan baku yang bermutu baik pula. Hal ini menjadi tuntutan dan syarat mutlak bagi konsumen. Apabila hal ini tidak dipenuhi, maka yang terjadi adalah banyaknya banyaknya terjadi tingkat kehilangan (losses). Penyebab lain adalah rendahnya pengetahuan nelayan, pengolah, petugas TPI/PPI mengenai cara penanganan dan pengolahan yang baik (Good Manufacturing Practice/GMP).
c.   Kurangnya intensitas promosi dan rendahnya partisipasi stakeholders Produk perikanan yang bernilai tambah (value added products) dimasyarakat belum populer, hal ini disebabkan oleh masih kurangnya intensitas promosi serta rendahnya partisipasi stakeholders (khususnya produsen produk perikanan) dalam mengembangkan program promosi.
d.   Terbatasnya sarana penanganan ikan Terbatasnya sarana penangan ikan di atas kapal, distribusi dan terbatasnya sarana pabrik es dan air bersih.
e.   Kurangnya bahan baku industri Kurangnya bahan baku industri pengolahan ini disebabkan oleh belum adanya kerjasama antara industri penangkapan dan pengolahan sehingga perusahaan penangkapan cenderung mengekspor ikan dalam bentuk ikan utuh (gelondongan).
f.   Bahan baku belum standar Sebanyak 85% produksi perikanan tangkap didominasi/dihasilkan oleh nelayan skala kecil dan pada umumnya kurang memenuhi standar bahan baku industri pengolahan.
g.   Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Maraknya bahan kimia berbahaya dalam penanganan dan pengolahan ikan, misalnya formalin, borax, zat pewarna, CO, antiseptik, pestisida, antibiotik (chloramphenol, Nitro Furans, OTC). Hal ini disebabkan oleh substitusi bahan pengganti tersebut kurang tersedia dan peredaran bahan kimia berbahaya bebas, murah dan sangat mudah diperoleh.
h.   Jenis ragam produk dan pengembangan produk bernilai tambah belum berkembang (value added products) optimal dan belum populer Meskipun kajian dan hasil penelitian pemanfaatannya sudah banyak tersedia, namun produksi secara masal belum dapat direalisasi. Banyak kendala yang menyebabkannya, salah satu diantaranya adalah ketersediaan sarana prasarana , mahalnya peralatan, kurangnya teknologi serta masalah kontinuitas suplai bahan baku.
i.   Rendahnya konsumsi ikan per kapita Rendahnya konsumsi ikan per kapita disebabkan oleh belum meratanya distribusi, suplai tidak kontinyu, masih banyak produk yang berkualitas kurang prima di pasaran, kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat makan ikan, masih adanya budaya dan kondisi sosial masyarakat yang kurang kondusif terhadap peningkatan konsumsi ikan serta belum meratanya program GEMARIKAN di seluruh daerah.
j.   Informasi teknologi terbatas Terbatasnya informasi dan teknologi penanganan dan motivasi serta keinginan untuk meningkatkan pengetahuan/ketrampilan masih rendah.

B. Meningkatkan Konsumsi Ikan Yang Sehat dan Aman
Salah satu tujuan membangun sektor Perikanan untuk terciptanya ketahanan pangan di Indonesia adalah meningkatkan ketersediaan ikan yang sehat dan aman. Untuk mencapai hal tersebut, maka langkah relevan yang telah dan akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan mutu dan keamanan produk perikanan;
b. Meningkatkan produktivitas pengolahan hasil perikanan yang ramah lingkungan;
c. Meningkatkan standar bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang sesuai dengan ketentuan Internasional;
d. Meningkatkan kualitas kompetensi lembaga sertifikasi produk perikanan;
e. Memperkuat jaringan dan kelembagaan pemasaran dalam negeri;
f. Mendorong peningkatan konsumsi ikan dalam negeri;
g. Memperkuat dan mengembangkan basis pasar produk perikanan Indonesia dan di luar negeri;
h. Meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

c. Pentingnya Dukungan Teknologi Produk Perikanan
Memberi jaminan kepada konsumen terhadap produk yang aman dan sehat merupakan hal utama yang menjadi perhatian sektor perikanan dalam rangka menyiasati maraknya peredaran produk perikanan yang kurang berkualitas dan mengandung bahan kimia berbahaya, melalui cara-cara pengolahan yang higienis sesuai GMP (Good Manufacturing Practices), SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure) serta menerapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) . Tidak saja untuk konsumen luar negeri, tetapi konsumen dalam negeri pun sudah mulai kritis dan menuntut penyediaan makanan yang aman dan sehat. Apapun cara yang di tempuh dalam penyediaan produk perikanan, yang menjadi tujuan ketahanan pangan produk perikanan adalah :
1. Meningkatnya konsumsi ikan
2. Tersedianya produk yang aman, sehat dan kontinyu tersedianya.
Teknologi yang dibutuhkan dan perlu untuk dikembangkan adalah yang mampu mengatasi banyaknya permasalahan yang dihadapi sehingga tujuan ketersediaan pangan produk perikanan dapat terpenuhi, melalui teknologi yang murah dan aplikatif (mudah untuk diterapkan) dukungan teknologi produk perikanan menjadi sangat penting tidak hanya untuk memenuhi tuntutan pembeli/konsumen, namun juga diperlukan dalam rangka menangkap perubahan pola konsumsi masyarakat perkotaan yang lebih cenderung kepada makanan olahan yang instan, cepat dan praktis, tetap mengutamakan kandungan gizi, pemeliharaan kesehatan serta aman untuk dikonsumsi. Protein hewani yang berasal dari ikan (ikan dan berbagai jenisnya) menjadi jawabannya, selama ditangani dengan cara yang benar dan sesuai standar.

Peran Strategi Teknologi Pengembangan Produk Perikanan:
Pertama, Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan. Hal ini terutama untuk produk-produk yang tidak memiliki nilai ekonomis, apabila diolah maka berpengaruh kepada meningkatnya nilai ekonomis.
Kedua, Menumbuhkan inovasi teknologi modern. Karena dalam pengembangan produk terkait erat dengan rekayasa produksi sehingga diperlukan rekayasa peralatan dan sentuhan teknologi modern.
Ketiga, Meningkatkan apresiasi terhadap produk tradisional. Karena dalam pengembangan produk, tidak hanya produk yang melalui proses teknologi modern saja yang menjadi fokus perhatian, produk tradiosionalpun perlu memperoleh apresiasi, sehingga memiliki daya saing dengan produk olahan lainnya. Nilainya dapat ditingkatkan melalui berbagai cara antara lain kebersihannya/higienisnya, pengemasannya, proses pembuatannya, dan sebagainya.
Keempat, Membentuk SDM berkualitas dan kompeten, karena dalam menciptakan pengembangan produk diperlukan kreativitas seseorang dalam menciptakan produk-produk yang diminati konsumen, sehingga secara tidak langsung dapat menciptakan SDM berkualitas dan kompeten.

Ø  Cold Chain Sistem
Sistem Rantai Dingin atau Cold Chain System (CCS) merupakan
salah satu program yang dapat mendorong akselerasi tercapainya produk perikanan prima. Karena prinsip utama dalam penerapan sistem rantai dingin adalah penanganan ikan dengan suhu dingin sekitar C dilakukan secara terus menerus tidak terputus sejak ikan ditangkap atau dipanen, didaratkan dan didistribusikan serta dipasarkan hingga ke tangan konsumen. Apabila penerapan sistem rantai dingin secara benar diterapkan dengan baik serta memperhatikan sanitasi dan hygiene maka ikan hasil tangkapan atau ikan hasil panen dapat dipastikan memiliki mutu tinggi, aman dikonsumsi serta memenuhi kriteria produk perikanan prima. Sistem rantai dingin sudah dikembangkan sejak dulu walaupun sifatnya masih parsial dan belum dilakukan secara sistematis dari hulu sampai hilir. Pada awalnya pengembangan sistem rantai dingin dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian pada tahun 1990-an dengan kegiatan pemberian bantuan cool box kepada nelayan kecil dan bimbingan teknis tentang penanganan hasil perikanan dengan menggunakan sarana cool box tersebut. Mengingat dari sisi pendanaan yang relative kecil sehingga tingkat keberhasilan dari kegiatan tersebut belum dapat dirasakan manfaatnya oleh para nelayan secara nasional.

Ø  Pengembangan Sentra
Sentra merupakan kumpulan dari beberapa produsen produk sejenis yang berada pada posisi yang sama dalam mata rantai nilai. Sentra merupakan pusat kegiatan UKM di kawasan/lokasi tertentu yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sedangkan pengembangan sentra dilakukan karena beberapa alasan antara lain :
   Adanya efisiensi kolektif (bahan baku, proses produksi dan pemasaran hasil)
   Mencapai Skala Ekonomis
   Penanganan limbah lebih terkendali
• Mudah melakukan pembinaan dan monev (standar yang homogen)
   Adanya akses terhadap inovasi
   Adanya akses terhadap pengetahuan dan teknologi
   Mempermudah internalisasi pengembangan UKM Pengolaha

Dengan menumbuhkembangkan sentra-sentra pengolahan ikan di daerah, menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berbasis usaha pengolahan ikan, mengembangkan jaringan usaha mikro, kecil dan menengah dalam suatu kawasan kemudian disinergikan dengan usaha pengembangan produk, serta selalu menerapkan sistem rantai dingin maka diharapkan mampu mendorong terciptanya produk yang aman dan sehat, ketersediaan produk menjadi kontinyu sehingga tingkat konsumsi meningkat.


BAB III  PENUTUP

A. KESIMPULAN
-          Strategi pengembangan hasil Perikanan adalah melalui teknologi produk hasil perikanan (pengembangan produk hasil perikanan) agar lebih bisa diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan selera pasar dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, aman, sehat dan melalui produk hasil perikanan.
-          Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan. Hal ini terutama untuk produk-produk yang tidak memiliki nilai ekonomis, apabila diolah maka berpengaruh kepada meningkatnya nilai ekonomis.

B. SARAN
-          Saran dari penyusun adalah “Marilah Kita meningkatan Produksi hasil Perikanan agar tetap stabil”
-          Tingkatkan mutu keamanan produk perikanan dan pengolahan hasil perikanan
-          Tingkatkan kompetensi sumberdaya manusia di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.







DAFTAR PUSTAKA



1. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
2. Erwadi, H.W. dan H.W. Syafri. 2003. Strategi Agribisnis Kelautan Perikanan. Alqaprint Jatinangor, Bandung.
3. Naamin, N. 1987. Perikanan Laut di Indonesia : Prospek dan Problema Pengembangan Sumberdaya Perikanan Laut. Seminar Laut Nasional II, Jakarta.
4. Monintja, D.R. 1987. Beberapa Teknologi Pilihan untuk Pemanfaatan Hayati Laut di Indonesia. Bulletin Jurusan PSP Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor,
5. Sjaifudian, H. H, D. Maspiyati. 1995. Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil, Penerbit Yayasan Akatiga, Bandung.
6. Porter, M. E. 1995. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing, Penerbit Erlangga Jakarta.

PROSES PEMBESARAN IKAN GURAME


BAB I PENDAHULUAN

A.  Latarbelakang Masalah
Ikan gurami (Oshpronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan asli Indonesia dan berasal dari perairan daerah Jawa Barat. Ikan ini merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar yang cukup penting apabila dilihat dari permintaannya yang cukup besar dan harganya yang relatif tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nila, tambakan dan tawes, dan merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi. Bagi masyarakat umum, ikan ini dipandang sebagai salah satu ikan bergengsi dan biasanya disajikan pada acara-acara yang dianggap penting. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila ikan gurami menjadi salah satu komoditi unggulan di sektor perikanan air tawar.
Umumnya budidaya ikan gurami masih dilaksanakan oleh masyarakat dengan teknologi semi intensif. Masa pemeliharaanya relatif lama sehingga dilakukan dalam beberapa tahap pemeliharaan yaitu tahap pembenihan, tahap pendederan dan tahap pembesaran, dimana pada masing-masing tahapan menghasilkan produk yang dapat di pasarkan secara tersendiri.
Peranan Balai Benih Ikan dalam rangka pengembangan ikan gurami dilaksanakan antara lain berupa penyediaan induk dan benih unggul dan pengenalan teknologi budidaya secara intensif kepada pembudidaya ikan. Namun demikian, langkah pengembangan selanjutnya yang masih perlu digarap adalah aspek pemasaran baik di pasar domestik maupun ekspor.
Wilayah survey untuk usaha pendederan ikan gurami adalah salah satu daerah sentra ikan guramie di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Banyumas. Sedangkan wilayah survey untuk pembesaran ikan adalah Kabupaten Bogor. Oleh sebab itu informasi teknis pendederan dan pembesaran ikan gurami terutama menggunakan informasi yang diperoleh dari kondisi pengusaha dan lembaga lain di kedua wilayah tersebut.
B.  Tujuan yang ingin dicapai
Adapun Tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah
1.   Sebagai salah satu tugas makalah
2.   Untuk mengetahui bagaimana cara pengelohan pembesaran pada ikan gurame
3.   Untuk menambah wawasan tentang pemberian pakan pada ikan gurame
C.  Metode Yang Digunakan
Metode deskriftif dengan teknik study kepustakaan atau literature, yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa media tulis baik berupa buku, litelatur dan media lainnya yang tentu ada kaitannya masalah-masalah yang di bahas di dalam makalah ini.


 BAB II PEMBAHASAN

1.   Pemeliharaan Pembesaran
Dalam tahapan pembesaran, jumlah benih yang akan dimasukan dalam kolam ini sebanyak 270.000 benih dengan berat sekitar 200-250 gram. Luas kolam yang dibutuh kan 13500 meter persegi, dengan ukuran 20 X 10 meter sebanyak 68 kolam. dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Masing-masing kolam menampung benih sebanyak 4.000. Ikan yang dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 -2 kg/m2. Pakan yang diberikan terdiri dari pelet dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5 - 2% pada pagi dan sore hari serta daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada sore hari. Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 1kg/ekor.

2.   Pemberian Pakan
Adapun jenis pakan ikan gurame terdiri dari pakan alami (organik) berupa daun-daunan dan pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami yang digunakan antara lain daun sente merupakan salah satu pakan ikan gurame yang lazim digunakan bahan makanan buatan berupa pelet dibuat dari bahan makanan ternak, baik hewani maupun nabati. Dengan komposisi 33 bagian tepung ikan, 2 bagian tepung daging dan 65 bagian dedak halus, dengan perhitungan kadar protein keseluruhan adalah sebagai berikut (60/10x33)+(80/100x2)+(15/100x65) = 31,1 %. Perhitungan ini diperoleh dari bagan daftar protein beberapa jenis makanan Ikan diberi pakan setiap hari sebanyak dua kali dengan waktu pemberian pakan pada pagi dan sore hai. Untuk pagi hari ikan diberi pakan alami sedangkan pada sore hari ikan diberi pakan organik (pelet).

3.   Pemeliharaan Kolam
Setiap habis panen, kolam dibersihkan/kuras. setelah itu dilakukan pemupukan agar mempengaruhi kesuburan kolam, sehingga bila benih disebarkan, kesuburan ikan akan terjamin dan pertumbuhan ikan akan cepat.

4.   Persyaratan Lokasi
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
  1. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
  2. Ikan gurame dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl.
  3. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
  4. Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional pada kolam khusus, debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur, debit air yang ideal adalah antara 6-12 liter/detik.
  5. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8.
  6. Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C.
5.   Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Kolam
      Jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan gurame antara lain:
      1. Kolam penyimpanan induk
Kolam ini berfungsi untuk menyimpan induk dalam mempersiapkan kematangan telur dan memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah yang luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 cm dan kepadatan kolam induk 20 ekor betina dan 10 ekor jantan.
      1. Kolam pemijahan
Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung dari sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur berupa injuk atau ranting-ranting.
      1. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
      1. Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran bibit sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
      1. Kolam/tempat pemberokan
Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan Adapun cara pembuatan kolam adalah sebagai berikut:
        1. Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m 2 ).
        2. Buatlah pematangnya dengan ukuran; bagian atas lebarnya 0,5 m, bagian bawahnya 1 m dan tingginya 1 m.
        3. Pasanglah pipa/bambu besar untuk pemasukan dan pengeluaran air. Aturlah tinggi rendahnya, agar mudah memasukkan dan mengeluarkan air.
        4. Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, lalu diratakan lagi. Tanah akan jadi lembut setelah diairi, sehingga lobang-lobang tanah akan tertutup, dan air tidak keluar akibat bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.
        5. Buatlah saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintu masuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu 0,5 m dan dalamnya 15 cm.
        6. Keringkanlah kolam induk dengan 2 karung pupuk kandang yang disebarkan merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu, agar pupuk hancur dan meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta menguji agar kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.
    1. Peralatan
      Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan gurame diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan gurame antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
    2. Pemilihan Induk
      Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut :
      1. Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.
      2. Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).
      3. Ukuran kepala relatif kecil
      4. Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidakluka.
      5. Gerakan normal dan lincah.
      6. Bentuk bibir indah sepertipisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.
      7. Berumur antara 2-5 tahun.
        Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
          • Betina
          • Dahi meninjol.
          • Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
          • Dagu putih kecoklatan.
          • Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
          • Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
          • Jantan
          • Dahi menonjol.
          • Dasar sirip dada terang keputihan.
          • Dagu kuning.
          • Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
          • Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
    1. Pemeliharaan Induk
Induk-induk terpilih (20-30 ekor untuk kolam seluas 10 m 2 ) disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Beri makanan selama dalam penampungan. Untuk setiap induk dengan berat antara 2-3 kg diberi makanan daun-daunan sebanyak 1/3 kg setiap hari pada sore hari. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 2 kali seminggu dengan takaran 1/2 blekminyak tanah setiap kali pemberian.
    1. Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
      1. Polikultur
        Ikan gurame dipeliharan bersama ikan tawes, ikan mas, nilem, mujair atau lele. Cara ini lebih menguntungkan karena pertumbuhan ikan gurame yang cukup lambat.
      2. Monokultur
        Pada pemeliharaan gurame tersendiri, bibit yang disebar minimal harus berumur 2 bulan. Penebaran bibit sejumlah 500 ekor (ukuran 10-15 cm) diperlukan luas kolam sekitar 1500 meter persegi
    1. Pemupukan
      Pemupukan dapat dilakukan dengan bahan kimia dan pupuk kandang. Pada umumnya pemupukan hanya dilakukan 1 kali dalam setiap pemeliharaan, dengan maksud untuk meningkatkan makanan alami bagi hewan peliharaan. Tahap pertama pemupukan dilakukan pada waktu kolam dikeringkan. Pada saat ini pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang sebanyak 7,5 kg untuk tiap 100 m 2 kolam, air disisakan sedikit demi sedikit sampai mencapai ketinggian 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari. Pada tahap berikutnya pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk buatan seperti TSP atau pupuk Urea sebanyak 500 gram untuk setiap 100 m 2 kolam. Pemberian kedua pupuk tersebut ditebarkan merata ke setiap dasar dan sudut kolam.
6.  Hama dan Penyakit
1.   Penyakit
Gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit. Gangguan-gangguan non parasiter bisa berupa pencemaran air seperti adanya gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak; kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan. Penanggulangannya adalah dengan mendeteksi keadaan kolam dan perilaku ikan-ikan tersebut. Memang diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit biasanya menjadi kurus dan lamban gerakannya. Gangguan lain yang berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Bila ikan terkena penyakit yang disebabkan parasit, dapat dikenali sebagai berikut:
1.       Penyakit pada kulit; pada bagian-bagian tertentu berwarna merah terutama di bagian dada, perut dan pangkal sirip.
2.       Penyakit pada insang; tutup insang mengembang. Lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu
3.       Penyakit pada organ dalam; perut ikan membengkak, sisik berdiri. Pencegahan timbulnya penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat ikan dan melakukan penjemuran kolam beberapa hari agar parasit pada segala stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Pengobatan bagi ikan-ikan yang sudah cukup memprihatikan keadaannya, dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia diantaranya:
1.   Pengobatan dengan Kalium Permanganat (PK)
1.   Sediakan air sumur atau sumber air lainnya yang bersih dalam bak penampungan sesuai dengan berat ikan yang akan diobati.
2.   Buat larutan PK sebanyak 2 gram/10 liter atau 1,5 sdt/100 l air.
3.   Rendam ikan yang akan diobati dalam larutan tersebut selama 30-60 menit dengan diawasi terus menerus.
4.   Bila belum sembuh betul, pengobatan ulang dapat dilakukan 3 atau 4 hari kemudian.
2.   Pengobatan dengan Neguvon. Ikan direndam pada larutan neguvon dengan 2-3,5% selama 3 mernit. Untuk pembe-rantasan parasit di kolam, bahan tersebut dilarutkan dalam air hingga konsentrasi 0,1% Neguvon lalu disiramkan ke dalam kolam yang telah dikeringkan. Biarkan selama 2 hari.
3.   Pengobatan dengan garam dapur. Hal ini dilakukan di pedesaan yang sulit mendapatkan bahan-bahan kimia. Caranya:
1.   siapkan wadah yang diisi air bersih. setiap 100 cc air bersih dicampurkan 1-2 gram (NaCl), diaduk sampai rata.
2.   ikan yang sakit direndam dalam larutan tersebut. Tetapi karena obat ini berbahaya, lamanya perendaman cukup 5-10 menit saja.
3.   Setelah itu segera ikan dipindahkan ke wadah yang berisi air bersih untuk selanjutnya dipindahkan kembali ke dalam kolam.
4.   pengobatan ulang dapat dilakukan 3-4 hari kemudian dengan cara yang sama.
2.   Hama
Bagi benih gurame musuh yang paling utama adalah gangguan dari ikan liar/pemangsa dan beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, gurame dan sepat. Musuh lainnya adalah biawak, katak, ular dan bermacam-macam burung pemangsa.
7.  Proses Produksi
Dalam proses produksi budidaya ikan gurame ini, Guramy fish membeli benih inak yang berukuran 250 gram dari para peternak benih yang kemudian dibesarkan hingga ukuran 1 kg. untuk mendapatkan kualitas ikan gurame yang optimal, kami melakukan pembudidayaan ikan gurame di lokasi yang memiliki spesifikasi sebagai berikut :
  1. Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 - 400 m dpl
  2. Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), kemasan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH diatas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
  3. Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus. Tanah yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
  4. Kemiringan tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
  5. Temparatur optimum 25-30oC
  6. Kandungan oksigen dalam > 2 ppm.
BAB III
P E N U T U P

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
·         Dalam tahapan pembesaran, luas kolam optimal sekitar 200 m2 dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Persiapan kolam dalam tahapan ini tidak jauh berbeda dengan persiapan yang dilakukan pada tahap pendederan.
·         Ikan yang dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 -2 kg/m2. Pakan yang diberikan terdiri dari pelet dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5 – 2% pada pagi dan sore hari serta daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada sore hari. Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 500-700 gram/ekor.
·         Pemberian pakan buatan/pelet bukan hal yang pokok, karena ikan gurami dewasa bersifat herbivora. Namun, peran pelet adalah sebagai stimulans, yaitu sebelum diberi pakan daun. Pemberian pakan pelet sebanyak 2% dari berat total, dengan cara pemberian pakan, 2/3 bagian diberikan pada pagi hari dan 1/3 bagian sore hari, sedangkan pakan nabati diberikan secukupnya.
B. Saran
·         Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya untuk memelihara menjaga dan melestarikan serta mebudidayakan Untuk mendapatkan kualitas ikan gurame yang optimal
·         Kepada para pembaca kalau ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah yang memuat tentang proses pembesaran dan memberi pakan pada ikan gurame.


DAFTAR PUSTAKA

1.   RUSDI, Taufiq. Usaha budidaya Ikan Gurame. Jakarta : CV. simplek, 1987
2.   SITANGGANG, M. Budidaya Gurame. Jakarta : Penerbit Swadaya, 1999
3.   Kumpulan Gurame Kliping Ikan. Jakarta : trubus, 1997


Chlamydia trachomatis






Kerajaan  : Bacteria
Filum     : Chlamydiae
Ordo      :
Chlamydiales
Famili    :
Chlamydiaceae
Genus     : Chlamydia
Spesies   : C. trachomatis

Chlamydia trachomatis adalah salah satu dari tiga spesies bakteri dalam genus Chlamydia, famili Chlamydiaceae, kelas Chlamydiae, filum Chlamydiae, domain Bacteria.
Chlamydia trachomatis adalah agen chlamydial pertama yang ditemukan dalam tubuh manusia. Bakteri ini pertama kali diidentifikasi tahun 1907.
Infeksi Chlamydia trachomatis sering tidak menimbulkan gejala dan sangat beresiko bila terjadi pada ibu-ibu karena dapat menyebabkan kehamilan ektopik, infertelitas dan abortus. WHO memperkirakan 4 juta kasus baru pada ibu-ibu terinfeksi oleh Chlamydia trachomatis dan 50.000 diantaranya mengalami intertilitas, kehamilan ektopik dan abortus. Mekanisme terjadinya infeksi Chlamydia trachomatis telah dipelajari banyak peneliti, dimana MOMP (Major Outr Membrane Protein) merupakan suatu target penting untuk mencegah respons imun dari host, seperti neuralizing factor dan sel T. Berdasarkan adanya variasi nukleotida dari MOMP pada gen Omp-1 dan adanya inhibisi respon imun dapat menyebabkan mudahnya host terpapar oleh Chlamydia trachomatis. Setiap variasi nukleotida memperlihatkan berkurangnya imunitas seravor yang spesifik.
Infeksi Chlamydia trachomatis adalah infeksi paling umum bakteri menular seksual (IMS) diakui di seluruh dunia. Seluruh dunia, besarnya morbiditas terkait dengan infeksi klamidia menular seksual sangat besar. C.trachomatis adalah penyebab umum dari uretritis dan servisitis, dan sequelae termasuk penyakit radang panggul (PID), kehamilan ektopik, infertilitas tuba, epididimitis, proctitis dan arthritis reaktif. Peningkatan tajam di seluruh dunia dalam kejadian PID selama dua dekade terakhir telah menyebabkan epidemi sekunder infertilitas tuba dan kehamilan ektopik. PID klamidia adalah penyebab paling penting dicegah ketidaksuburan dan hasil kehamilan yang merugikan. Infeksi klamidia, seperti IMS secara umum, terutama masalah kesehatan perawatan seorang wanita sejak manifestasi dan konsekuensi yang lebih merusak kesehatan reproduksi pada wanita dibandingkan pada pria. Berdasarkan bukti yang tersedia, sekitar 20% dari wanita dengan infeksi saluran kelamin klamidia yang lebih rendah akan mengembangkan PID, sekitar 4% mengembangkan nyeri panggul kronis, infertilitas 3%, dan hasil kehamilan 2% merugikan. Namun, perkiraan ini didasarkan pada bukti yang relatif lemah. Penelitian tentang hubungan antara C.trachomatis dan aspek infertilitas pria sudah jauh lebih terbatas. Rejimen pengobatan saat ini direkomendasikan termasuk azitromisin dalam dosis tunggal atau doksisiklin selama 7 hari. Terapi ini sangat manjur. Manajemen tepat waktu pasangan seks sangat penting untuk mengurangi risiko infeksi ulang. Immunopathogenesis infeksi C.trachomatis adalah salah satu titik fokus utama penelitian saat ini menjadi Chlamydia. Infeksi klamidia mengisi prasyarat umum untuk pencegahan penyakit dengan skrining, infeksi klamidia yaitu sangat lazim, biasanya tanpa gejala, yang berhubungan dengan morbiditas yang signifikan, dapat diandalkan didiagnosis, dan diobati. Skrining program untuk C.trachomatis akan menjadi sangat penting dalam pencegahan jangka panjang gejala sisa. Biaya skrining hanya sebagian kecil dari biaya perawatan kesehatan yang timbul akibat komplikasi akibat infeksi klamidia tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Strategi saat ini untuk mengendalikan C.trachomatis masih sangat tergantung pada klinik berbasis skrining pasien bergejala, dan belum berhasil. Perkembangan yang sangat sensitif dan spesifik tes amplifikasi asam nukleat untuk diagnosis infeksi klamidia telah menjadi kemajuan penting dalam kemampuan untuk melakukan program-program berbasis populasi skrining untuk mencegah komplikasi.