Ikan patin merupakan
jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang
berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek
cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan
patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk
membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan
tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai
panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan
perairan yang mengalir untuk membesarkan tubuhnya. Pada perairan yang tidak
mengalir dengan kandungan oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat untuk
membesarkan ikan ini (Anonym,2006).Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran
ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan.
Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah
bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua
pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Penyakit pada ikan patin ada
yang disebabkan infeksi dan noninfeksi.
Penyakit
non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang
bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular, sedangkan penyakit akibat
infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen. Organisme patogen
yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus.
Penyakit
non-infeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Keracunan
disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan
berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat
diidentifikasi dari tingkah laku ikan.
Salah
satu penyakit yang disebabkan oleh parasit yaitu white spot (bintik putih) yang
disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus
multifilis Foquet. Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada
badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp.
(Anonym, 2006). Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur
lebih besar.
Penyakit
bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang
adalah bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya,
yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. (Anonym, 2006). Ikan yang terserang
akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan
pangkal sirip. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri ternyata mudah
menulari ikan lainnya, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah
harus segera dimusnahkan.
Tulisan
ini mengupas lebih dalam tentang salah satu jenis bakteri yang menyerang ikan
patin yaitu Aeromonas hydrophila, antara lain bentuk, sifat, dan karakteristik
lainnya yang berhubungan dengan patogenesisnya pada ikan patin. Selain itu juga
memberikan beberapa cara penanganan ikan yang terserang Aeromonas hydrophila.
Artikel
ini bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah tentang Aeromonas hydrophila
pada ikan patin serta beberapa cara penanganan ikan yang terserang bakteri ini.
Karakteristik Umum Golongan Aeromonas
Karakteristik Umum Golongan Aeromonas
Aeromonas
adalah jenis bakteri yang bersifat metropolitan, oksidasif, anaerobik
fakultatif, dapat memfermentasi gula, gram negatif, tidak membentuk spora,
bentuk akar, dan merupakan penghuni asli lingkungan perairan. Bakteri ini
ditemukan di air payau, air tawar, muara, lautan, dan pada badan air yang
terklorinasi maupun tidak terklorinasi, dengan jumlah terbanyak ditemukan pada
musim hangat. Upaya isolasi aeromonas pada penyakit yang menyerang hewan
berdarah panas dan berdarah dingin telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang
lalu, sedangkan isolasi dari manusia dilakukan sejak awal tahun 1950-an (Hayes,
2000).
Aeromonas hydrophila
Aeromonas
hydrophila adalah bakteri berbentuk akar, motil, dengan diameter 0,3 – 1 ?m dan
panjang 1 – 3,5 ?m, tanpa fase spora, biasanya tidak mempunyai kapsul, tumbuh
optimum pada 28 oC tetapi dapat tumbuh pada suhu ekstrim (4 oC dan 37 oC).
Sifatnya yang metropolitan di lingkungan perairan memungkinkan terjadinya
kontak pada ikan dan amfibi, dan bahkan memasuki hewan tersebut. Kontak
tersebut dapat menyebabkan infeksi tergantung pada spesiesnya dan tingkat
virulennya (Floyd, 2002).
Aeromonas hydrophila telah ditemukan pada berbagai
jenis ikan air tawar di seluruh dunia, dan adakalanya pada ikan laut. Terdapat
pandangan yang berbeda tentang peran yang tepat dari Aeromonas hydrophila
sebagai ikan patogen. Beberapa peneliti menetapkan bahwa organisme ini hanya
sebagai penyerang sekunder pada inang yang lemah, sedang yang lain menyatakan
bahwa Aeromonas hydrophila adalah suatu patogen utama ikan air tawar (Hayes,
2000).
Serangan pada Ikan
Hydrophila telah
dihubungkan dengan beberapa penyakit pada ikan, termasuk busuk ekor, busuk sirip,
dan haemorrahagic septicaemia. Haemorrahagic septicaemia ditandai oleh adanya
luka kecil pada permukaan, sering mengarah pada pengelupasan sisik, pendarahan
pada insang dan dubur, borok, bisul, exophthalmia (mata membengkak), dan
pembengkakan perut. Pada bagian dalam, dimungkinkan adanya cairan ascitic di
dalam rongga peritoneal, kekurangan darah merah, dan pembengkakan ginjal dan
hati.
Agen
etiologik dipindahkan secara horisontal (antar binatang selain dari induk dan
keturunan) tetapi tidak secara vertikal (dari induk ke keturunan). Bakteri
memperbanyak diri di dalam usus, menyebabkan suatu radang haemorrhagic
mucuous-desquamative (pengeluaran lendir berlebihan). Metabolit beracun
hydrophila diserap dari usus dan menginduksi keracunan. Pendarahan pada kapiler
terjadi di permukaan sirip dan di submukosa perut. Sel hepatik dan epitel dari
tubulus ginjal menunjukkan adanya degenerasi. Glomeruli dihancurkan dan
jaringan menjadi berdarah, dengan eksudat dari serum dan fibrin (Miyazaki dan
Jo, 1985).
Aeromonas
menghasilkan banyak produk yang bersifat toksik bagi sel-sel lain. Beberapa
dilepaskan dari sel aktif dalam bentuk terlarut, sedang yang lain tetap
berasosiasi dengan permukaan sel, dan yang lainnya dilepaskan saat kematian
sel. Tiga protein ekstraselular Aeromonas yang diketahui berkaitan dengan
patogenitas telah dikloning, disekuen, dan dikarakterisasi secara biokimia.
Protein tersebut yaitu aerolysin, GCAT (Glycerophospholipid Cholesterol
Acyltransferase), dan serin protease (Rodriguez et al., 1992).Penjangkitan
penyakit biasanya berhubungan dengan perubahan kondisi lingkungan. Stres,
overcrowding (populasinya padat), suhu tinggi, perubahan suhu secara mendadak,
penanganan yang kasar, transfer ikan, rendahnya oksigen terlarut, rendahnya
persediaan makanan, dan infeksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar